MAKALAH
KEPUTUSAN PENDANAAN
Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Keuangan
Dosen Pengampu:
Alindra Yanuardi, SE., MM.
Disusun Oleh:
1.
Maya Sagita (2824133073)
2.
Muhamad Saropi (2824133081)
Ekonomi Syari’ah ( III / ES - C )
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
TULUNGAGUNG
JAWA TIMUR
2014
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah
segala puji syukur selalu kami haturkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa
melimpahkan rahmat, taufik, hidayah, serta inayah-Nya kepada kami semua,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas penyusunan makalah Manajemen Keuangan.
Saya
selaku penyusun makalah menyampaikan terima kasih kepada bapak Alindra Yanuardi, SE., MM. selaku dosen mata kuliah Manajemen Keuangan yang telah
memberikan arahan dan bimbingan dalam pembuatan makalah ini, serta semua pihak
yang telah membantu terwujudnya penyusunan makalah ini.
Makalah
ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah tentang Manajemen Keuangan ini dapat memenuhi fungsi dan mewujudkan tujuannya.
Semoga
keberhasilan berpihak pada kita semua. Aamiin
Tulungagung, 09 November 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang............................................................................ 1
2.
Rumusan Masalah....................................................................... 2
3.
Tujuan.......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
1.
Pengertian keputusan pendanaan ............................................... 3
2.
Struktur Modal dan Rentabilitas Modal Sendiri......................... 4
3.
Struktur Modal dan Maksimalisasi Kemakmuran Pemilik.......... 7
4.
Struktur Modal dan Teori Manajerial.......................................... 11
5.
Keputusan Leverage dalam Praktik............................................ 12
6.
Faktor Penentu Stuktur Modal.................................................... 15
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
..................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 18
BAB I
PENDAHULUAN
1.
LATAR BELAKANG
Keputusan adalah suatu reaksi terhadap beberapa solusi alternatif yang
dilakukan secara sadar dengan cara menganalisa kemungkinan – kemungkinan dari
alternatif tersebut bersama konsekuensinya. Setiap keputusan akan membuat
pilihan terakhir, dapat berupa tindakan atau opini. Suatu
perusahaan dalam menjalankan usahanya sejalan dengan pengembangan yang dialami,
selalu membutuhkan tambahan modal. Pada saat perusahaan didirikan, pemilik bisa
menentukan sumber modal apa yang dipakai, apakah semuanya bersumber dari modal
saham biasa atau perlu ada hutang jangka panjang. Setiap keputusan yang diambil
tentang sumber modal selalu ada dampaknya. Misalnya bila sumber modal saham
biasa ada kewajiban membayar dividen dan keputusan-keputusan kebijakan atau
pengelolaan dari pemegang saham perlu diperhatikan. Bila sumber modal dari
saham preferen ada kewajiban membayar dividen yang harus diprioritaskan
demikian pula dalam keadaan perusahaan dilikuidasi maka pemegang saham preferen
akan didahulukan pengembalian nilai sahamnya. Jika sumber modal berasal dari
hutang jangka panjang ada kewajiban membayar bunga dan pengembalian nilai
sahamnya. Jika sumber modal berasal dari hutang jangka panjang ada kewajiban
membayar bunga dan pengembalian hutang pada saat jatuh tempo.
Dengan demikian, ada pertimbangan-pertimbangan
tertentu dari perusahaan delam mengatur perpaduan sumber modal mana akan
dipakai. Misalnya suatu perusahaan tidak menyukai menajemen perusahaannya
dikelola oleh banyak pemilik, karena itu keputusan sumber modal yang dipakai
untuk pengembangan berikut adalah dari hutang jangka panjang.
2.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa pengertian keputusan pendanaan ?
2.
Bagaimana struktur modal dan rentabilitas modal sendiri ?
3.
Bagaimana struktur modal dan maksimalisasi kemakmuran
pemilik ?
4.
Bagaimana struktur modal dan teori manajerial ?
5.
Bagaimana keputusan leverage dalam praktik ?
6.
Apa saja faktor penentu stuktur modal ?
3.
TUJUAN
1.
Mengetahui penegertian keputusan pendanaan.
2.
Mengetahui bagaimana struktur modal dan rentabilitas modal sendiri
3.
Mengetahui bagaimana struktur modal dan maksimalisasi
kemakmuran pemilik
4.
Mengetahui bagaimana struktur modal dan teori manajerial
5.
Mengetahui
bagaimana keputusan leverage dalam praktik
6. Mengetahui apa saja faktor penentu stuktur
modal
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Keputusan Pendanaan
Kebijakan pendanaan adalah merupakan satu kebijakan yang sangat penting
bagi perusahaan, karena menyangkut perolehan sumber dana untuk kegiatan operasi
perusahaan. Kebijakan ini akan berpengaruh terhadap truktur modal dan faktor leverage perusahaan, baik leverage operasi maupun leverage keuangan.[1]
Pada waktu menilai usul proyek, pertimbangan
mengenai dari mana dana yang akan digunakan untuk membiayai investasi belum
masuk dalam pembahasan sama sekali. Oleh karena itu,melalui keputusan pendanaan
ini akan dibahas sumber dana yang akan digunakan untuk membiayai suatu
investasi yang sudah dianggap layak. Masalah penarikan dana (raising of
funds) ini dianggap menarik karena setiap dana yang akan digunakan pasti
mempunyai biaya yang disebut sebagai biaya dana (cost of funds). Jika
menggunakan dana yang berasal dari utang, jelas dana itu mempunyai biaya,
minimal sebesar tingkat bunga, tetapi jika menggunakan modal sndiri (equity
capital), maka masih harus mempertimbangkan opportunity cost bagi
modal sendiri yang dimaksud.
Biaya atau dana itu biasanya
bervariasi antara dana yang satu dengan
dan yang lainnya, ada yang mahal dan ada pula yang murah. Oleh karena itu,
masalah pemilihan jenis dana yang akan digunakan memerlukan pertimbangan yang
cukup matang. Artinya, penentuan jenis dana yang akan digunakan mempunyai
dampak yang lansung terhadap pencapaian tujuan perusahaan. Memang diakui bahwa
masih ada teori yang mengatakan bahwa keputusan pendanaan tidak akan
mempengaruhi nilai perusahaan, tetapi suatu teori hanya akan berlaku apabila
asumsi-asumsinya dapat dipenuhi.
Investasi dalam aktiva (real
asset) biasanya membutuhkan pendanaan jangka panjang. Terdapat tiga sumber
dana yang bersifat jangka panjang, yakni (1) penerbitan saham baru, (2)
penerbitan obligasi, dan (3) laba ditahan. Pendanaan yang bersumber pada
penerbitan saham dan obligasi baru sering disebut sebagai pendanaan ekstern (external
financing), sedangkan yang bersumber pada laba ditahan disebut sebagai
pendanaan intern (internal financing). Keputusan pendanaan akan
menyangkut penentuan kombinasi yang optimal dari penggunaan berbagai sumber
dana yang pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua.[2]
a.
Yang berhubungan dengan pendanaan ekstern karena akan mengarah pada
pengambilan keputusan mengenai struktur modal, yakni akn menentukan proporsi
antara utang jangka panjang dan modal sendiri. Hal ini akan tampak pada debt
to equity ratio perusahaan tersebut.
b.
Yang berhubungan dengan pendanaan intern, aplikasinya adalah
menentukan kebijakan dividen yang digambarkan melalui devidend payout ratio.
Keputusan pendanaan
akan menyangkut penentuan secara optimal mengenai (a) struktur modal dan (b)
kebijakan deviden.
Penentuan keputusan yang optimal
mengenai struktur modal dan kebijakan dividen ini berhubungan dengan upaya
pencapaian tujuan perusahaan. Dalam teori keuangan tradisional dinyatakan bahwa
tujuan perusahaan adalah memaksimumkan keakmuran/kekayaan para pemegang
saham/pemilik. Dengan keputusan pendanaan yang optimal secara teoritis akan
dapat mengarah pada peningkatan kemakmuran/kekayaan para pemegang saham.
2.
Struktur Modal dan
Rentabilitas Modal Sendiri
Tidak disebutkan bahwa struktur
modal menggambarkan proporsi antara utang jangka panjang dan modal sendiri.
Sedangkan rentabilitas modal sendiri (return in equity) menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan bagi pemilik modal sendiri
yang ada dalam perusahaan. Artinya, rentabilitas modal sendiri dapat menjadi
ukuran efesiensi bagi penggunaan modal sendiri yang dioperasionalkan dalam
perusahaan. Semakin besar rentabilitas modal sendiri, berarti semakin besar
pula kemampuan perusahaan menghasilkan laba bagi pemilik modal sendirinya.
Apabila rentabilitas modal sendiri
dapat digunakan sebagai ukuran bagi efisiensi penggunaan modal sendiri, maka
yang menjadi ukuran bagi efesiensi penggunaan modal secara keseluruhan adalah
rentabilitas aktiva. Disebut rentabilitas aktiva karena keseluruhan modal
digunakan untuk membeli total aktiva sehingga rentabilitas aktiva (return on
assets) disebut juga rentabilitas total aktiva (return on total assets).
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa rentabilitas aktiva menunjukkan
kemampuan seluruh modal yang ada, baik modal pinjaman maupun modal sendiri,
untuk menghasilkan laba. Oleh karena itu, laba yang digunakan untuk menghitung
rentabilitas aktiva adalah laba operasi (Operating Income) atau laba
sebelum bunga dan pajak (Earning Before Interest and Taxes, EBIT),
sedangkan laba yang digunakan untuk menghitung rentabilitas modal sendiri
adalah laba bersih (Net Income) atau laba sesudah pajak (Earning
After Taxes, EAT).
Oleh karena rentabilitas aktiva
menggambarkan kemampuan seluruh aktiva untuk menghasilkan laba, maka
rentabilitas aktiva dapat di hitung dengan cara membagi laba operasi atau laba
sebelum bunga dan pajak (EBIT) dengan total aktiva. Caranya sebagai berikut:
(10.1)
dimana:
= rentabilitas aktiva
EBIT =Earnings Before Interst and Taxes
A =total aktiva
Berdasarkan
persamaan (10.1) itu, persamaan EBIT dapat di tulis sebagai berikut:
EBIT
=
(A)
(10.2)
Aktiva
terdiri atas utang (debt = D) dan modal sendiri (equity = E), berarti A=D+E
sehingga persamaan (10.2) dapat dituliskembali sebagai berikut:
EBIT
=
(D + E)
=
D +
E
(10.3)
Setelah
mengurangi pembayaran bunga (interest expenses) dari EBIT, maka akan
diperoleh laba sebelum pajak (Earnings Before Taxes, EBT), dimana jumlah
pembayaran bunga (i) dialihkan dengan jumlah utang (D). Artinya, EBT adalah:
EBT =EBIT – iD
=
D +
E – iD
=
E + (
- i)D
(10.4)
Untuk memperoleh laba setelah pajak,
jumlah pajak dikurangkan dari EBT, dimana jumlah pajak itu adalah tarif pajak
(t) dikalikan dengan EBT itu sendiri. Artinya, laba setelah pajak (Ernings
After Taxes, EAT) adalah
EAT = EBT – t(EBT)
= (1 - t)EBT
= (1 – t)[
E + (
- i)D]
(10.5)
Oleh
karena rentabilitas modal sendiri (
) uitu dihitung
dengan cara membagi EAT dengan jumlah modal sendiri E, maka persamaan
rentabilitas modal sendiri (
) adalah:
(1 – t){[
+ (
- i)]D/E} (10.6)
Misalnya, EBIT yang diperoleh
sebesar Rp 200,00 sementara aktiva yang digunakan sebesar Rp 1.000,00 yang
dibelanjai dengan modal sndiri Rp 800,00 dan utang Rp 200,00. Tingkat bunga
utang 15% per tahun dan tarif pajak 40%. Artinya,
= EBIT/A =
Rp 200,00/ Rp 1.00,00 = 0.2 atau 20%. Untuk menghitung laba setelah
pajak dapat digunakan persamaan (10.5) sebagai berikut.
EAT
= (1 – 0,4)[0,2(Rp 800,00) + (0,2 – 0,15)Rp 200,00] = Rp 102,00
Rentabilitas modal sendiri
dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
(10.6) sebagai berikut.
= (1 – 0,4)[0,2 + (0,2 – 0,15)(Rp 200,00/Rp 800,00)] = 0,1275 atau 12,75
Secara
klasik, prinsip penarikan dana dihubungkan dengan tujuan memaksimumkan
rentabilitas modal sendiri sebagai berikut:
1) Apabila rentabilitas
aktiva lebih besar dari tingkat bunga atau
= i, maka sebaiknya pemenuhan
kebutuhan dana diambil dari modal pinjaman, sebab penambahan leverage pada
kondisi
> i akan menaikkan rentabilitas
modal sendiri. Jika perusahaan memaksa diri untuk memenuhi kebutuhan dananya
dari modal sendiri, baik emisi saham baru maupun pemanfaatan laba ditahan,
padahal
> i, maka secara teoritis akan
menurunkan rentabilitas modal sendiri.
2) Apabila rentabilitas
aktiva lebih kecil dari tingkat bunga atau
< i, maka kebutuhan akan dana sebaiknya diambil dari penambahan modal
sendiri, baik melalui emisi saham baru maupun pemanfaatan laba ditahan, sebab
akan bisa menaikkan rentabilitas modal sendiri. Jika perusahaan memaksa untuk
menambah leverage padahal
< i, maka hal itu hanya akan
menurunkan rentabilitas modal sendiri.
3) Apabila rentabilitas
aktiva persis besarnya sama dengan tingkat bunga pinjaman, maka penambahan
ataupun pengurangan utang tidak akan memengaruhi rentabilitas modal sendiri.
3.
Struktur Modal dan Memaksimalisasi Kemakmuran Pemilik
Terdapat tiga teori utama yang
menjelaskan tujuan perusahaan memaksimumkan kemakmuran/kekayaan pemegang saham.
Ketiga teori itu berupaya menjelaskan suatu permasalahan yang menanyakan
bagaimana struktur modal yang dapat memaksimumkan nilai perusahaan. Ketiga
teori tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1)
Teori Tradisional atau teori klasik yang menyatakan bahwa ada
struktur modal optimal yang dapat memaksimumkan nilai pasar perusahaan dengan
cara meminimumkan biaya modal rata-rata (average cost of capital). Salah
satu versi teori ini seperti yang dikembangkan secara sistematis oleh Ezra
Salomon. Salomon mengatakan bahwa struktur modal yang optimal terjadi apabila
kelebihan debt/equity ratio diatas average cost of capital, dan
dikatakan minimum.
2)
Teori yang dikembangkan oleh Modigliani dan Miller mengasumsikan
bahwa pasar modal bersifat sempurna dan tidak ada pajak. dalam teori ini
Modigliani dan Miller (MM) menyatakan bahwa nilai perusahaan dan posisi
perusahaan dan posisi kemakmuran pemegang saham tidak dipengaruhi oleh struktur
modal.
3)
Teori yang juga dikembangkan oleh Modigliani dan Miller, dimana
mereka memerhatikan adanya pajak dan penggunaan utang dapat memaksimumkan nilai
perusahaan dan posisi kemakmuran pemegang saham.
1.
Penilaian dari David Durand
Menurut David Durand terdapat dua pendekatan untuk melakukan
penilaian terhadap leverage, yakni Net Income Approach dan Net Operating
Approach. Berikut ini akan dibahas mengenai kedua pendekatan tersebut.
a.
Net Income Approach
Menurut pendekatan Net Income (NI), kenaikan leverage tidak
akan memengaruhi
dan
, dimana baik
pemegang saham maupun obligasi tidak mempertimbangkan risiko pendapatan yang
berasal dari penambahan utang. Dalam keadaan
<
, penambahan
modal utang dilakukan karena biayanya murah dengan cara mengurangi modal saham
karena biayanya mahal (penambahan D/V), dan akan mengarah kepada penurunan over
all discount rate,
, sehingga
nialai pasar perusahaan secara keseluruhan akan bertambah.
b.
Net Operating Income Approach
Pendekatan Net Operating Income Approach
(NOI) berlawanan dengan pendekatan Net Income (NI) karena menurut NOI,
tetap atau tidak berubah, walaupun laverage
bertambah. Dalam pendekatan NOI diasumsikan bahwa investor akan meminta premi
karena adanya risiko keuangan akibat adanya penambahan laverage sehingga
mengakibatkan
akan naik secaraproporsional dengan kenaikan laverage.
Artinya, penambahan utang karena biayanya murah dan pengurangan saham karena
biayanya mahal tidak akan berpengaruh terhadap
, walaupun ada
efek yang menguntungkan dalam penambahan utang tetapi akan diimbangi oleh
kenaikan
.
Nilai
total perusahaan tidak berubah walaupun ada tambahan leverage sehingga
dalam pendekatan ini dapat dikatakan tidak ada struktur modal yang optimal.
Berapa pun penggunaan leverage tidak akan mengubah nilai perusahaan.
2.
Pendekatan Tradisional
Baik pendekatan Net Income (NI) maupun Net Operating
Income (NOI) merupakan contoh pendekatan yang ekstrem. Dengan menggabung
kedua pendekatan tersebut dapat disusun suatu pendekatan yang disebut dengan
pendekatan tradisional. menuurut pendekatan tradisional, ada struktur modal
yang optimal. Artinya, dengan penggunaan leverage tertentu nilai
perusahaan dapat menjadi maksimum. Pendekatan tradisional ini dianggap sebagai
pandangan yang lebih moderat jika dibandingkan dengan pendekatan ekstrem Net
Income dan Net Operating Income.
3.
Pendekatan MM Dengan dan Tanpa Pajak
Teori Modigliani dan Miller (teori MM) adalah teori yang berpandangan
bahwa struktur modal tidak relevan atau tidak mempengaruhi nilai perusahaan. MM
mengajukan beberapa asumsi untuk membangun teori mereka (Brigham dan Houston,
2001) yaitu:[3]
1) Tidak terdapat agency
cost.
2) Tidak ada pajak.
3) Investor dapat
berhutang dengan tingkat suku bunga yang sama dengan perusahaan
4) Investor mempunyai
informasi yang sama seperti manajemen mengenai prospek perusahaan di masa depan
5) Tidak ada biaya
kebangkrutan
6) Earning Before Interest
and Taxes (EBIT) tidak dipengaruhi oleh penggunaan dari hutang.
7) Para investor adalah
price-takers.
8)
Jika terjadi kebangkrutan maka aset dapat dijual pada harga pasar (market value).
Teori MM tanpa pajak
Pada tahun 1958 mereka mengajukan suatu teori yang ilmiah tentang struktur
modal perusahaan. Teori mereka menggunakan beberapa asumsi:[4]
1. Risiko bisnis
perusahaan diukur dengan σ EBIT (Standard Deviation Earning Before Interest
and Taxes)
2. Investor memiliki
pengharapan yang sama tentang EBIT perusahaan di masa mendatang.
3. Saham dan obligasi
diperjual belikan di suatu pasar modal yang sempurna.
4.
Seluruh aliran kas adalah perpetuitas (sama jumlahnya setiap periode
hingga waktu tak terhingga). Dengan kata lain, pertumbuhan perusahaan
adalah nol atau EBIT selalu sama.
Teori MM dengan Pajak.
Pada tahun 1963, MM menerbitkan artikel sebagai
lanjutan teori MM tahun 1958.Asumsi yang diubah adalah adanya pajak terhadap
penghasilan perusahaan. Dengan adanya pajak ini, MM menyimpulkan bahwa
penggunaan hutang akan meningkatkan nilai perusahaan karena biaya bunga hutang
adalah biaya yang mengurangi pembayaran pajak
Preposisi I: nilai dari perusahaan
yang berhutang sama dengan nilai dari perusahaan yang tidak berhutang ditambah
dengan penghematan pajak karena bunga hutang. Implikasi dari preposisi I ini
adalah pembiayaan dengan hutang sangat menguntungkan dan MM menyatakan bahwa
struktur modal optimal perusahaan adalah seratus persen hutang.
Preposisi II: biaya modal saham akan
meningkat dengan semakin meningkatnya hutang, tetapi penghematan pajak akan
lebih besar dibandingkan dengan penurunan nilai karena kenaikan biaya modal
saham. Implikasi dari preposisi II ini adalah penggunaan hutang yang semakin
banyak akan meningkatkan biaya modal saham. Menggunakan hutang yang lebih
banyak, berarti menggunakan modal yang lebih murah (biaya modal hutang lebih
kecil dibandingkan dengan biaya modal saham), sehingga akan menurunkan biaya
modal rata-rata tertimbangnya (meski biaya modal saham meningkat).
Teori MM tersebut sangat kontroversial. Implikasi teori tersebut adalah
perusahaan sebaiknya menggunakan hutang sebanyak-banyaknya. Dalam praktiknya,
tidak ada perusahaan yang mempunyai hutang sebesar itu, karena semakin tinggi
tingkat hutang suatu perusahaan, akan semakin tinggi juga kemungkinan
kebangkrutannya. Inilah yang melatarbelakangi teori MM mengatakan agar
perusahaan menggunakan hutang sebanyak-banyaknya, karena MM mengabaikan biaya
kebangkrutan.[5]
4.
Struktur Modal dan Teori Manajerial
Konsep
Koutsoyiannis menyatakan bahwa tujuan perusahaan memaksimumkan
kemakmuran/kekayaan pemilik sudah tidak relevan lagi untuk saat ini.
Koutsoyiannis mengangkat asumsi yang diajukan oleh Boumol, Galbraith, Marris
dan Williamson yang menyatakan bahwa manajer berusaha mengejar utility
(kegunaan + kepuasan) untuk dirinya sendiri daripada berusaha memaksimumkan
utility pemegang saham. Dalam
model Marris-Galbraith diasumsikan bahwa dalam suatu fungsi manajer terdapat
dua variable, yakni keamanan kerja (job
security) manajemen secara keseluruhan dan tingkat pertumbuhan perusahaan.
Rumusan mereka sbb:
a.
Keputusan mengenai struktur modal itu harus dapat menjamin keamanan
kerja manajer.
b.
Manajer akan merasa pekerjaannya terjamin pabila rasio D/S dalam
jangka panjang tidak menyimpang dari rasio D/S industry sejenis.
c.
Penggunaan utang dipengaruhi oleh preferensi manajer mengenai
pendanaan intern yang digambarkan melalui pertumbuhan pendapatan (growth of
earnings) dan kebijakan deviden. Jika manajer mementingkan growth dan dana
intern tidak cukup untuk menutup kebutuhan bagi pencapaian rate of growth
seperti yang telah lalu maka manajer berusaha mencari sumber dana ekstern.
d.
Dalam pencarian dana utang, manajer memerhatikan sifat dan sikap
para kreditor, sebab kreditor akan memerhatikan sifat dan sikap para kreditor,
sebab kreditor akan memerhatikan dept-capacity perusahan, besar aktiva,
pertumbuhan potensial untuk waktu yang akan datang, variabilitas pendapatan dan
lain-lain.
Atas
dasar uraian tersebut, struktur modal
akan ditentukan oleh:[6]
1.
Struktur modal yang lau
2.
Nilai D/S industry sejenis
3.
Besarnya aktiva
4.
Pertumbuhan aktiva perusahaan
5.
Stabilitas earnings
6.
Tingkat inflasi yang diharapkan
7.
Divided-payout ratio
8.
Tingkat pertumbuhan perusahaan
9.
Biaya emisi saham baru
10.
Biaya utang
11.
Tarif pajak perusahaan
12.
Penyebaran pemilikan perusahaan.
5.
Keputusan Leverage dalam Praktik
Secara
sepintas istilah leverage itu digunakan untuk menyebutkan derajat penggunaan
utang, ataupun untuk menyatakan struktur modal dari suatu perusahaan. Sebenarnya,
leverage merupakan bagian atau porsi dari biaya tetap menunjukkan risiko
perusahaan. Sehubungan dengan leverage sebagai indikator, maka leverage akan
terbagi menjadi 2: [7]
1.
Operating leverage
Operating leverage merupakan ukuran bagi risiko operasi (operating
risk atau bisiness risk) yang dpat diketahui dari biaya tetap untuk kegiatan
operasi (fixed operating cost) dan dapat dilihat melalui laporan rugi laba.
2.
Financial leverage
Merupakan ukuran bagi risiko keuangan dan dapat diketahui dari
biaya tetap dari dana utang (fixed financial charges) yang digunakan. Financial
leverage tinggi akan menyebabkan financial risk juga tinggi sehingga biaya
modal juga tinggi.
Istilah
leverage muncul karena adanya biaya tetap dalam operasi, dan adanya beban bunga
tetap dari utang. Jadi, istilah leverage dalm bagian ini digunakan untuk
menggambarkan pengaruh perubahan struktur modal terhadap nilai perusahaan, yang
artinya lebih ditujukan pada pembahasan mengenai financial leverage. Dalam
teori, struktur modal akn ditetapkan pada tingkat yang konsisten dengan upaya
pencapaian tujuan perusahaan.
Dalam
konteks memaksimumkan kemakmuran/kekayaan pemegang saham, berarti rasio D/S
yang dipilih adalah yang dapat memaksimumkan nilai perubahan V yang pendefinisi
diketahui bahwa:
V =
Artinya,
nilai perusahaan V akan memaksimumkan apabila ko minimum atau keadaan terendah. Dalam konteks memaksimumkan
kekayaan pemegang saham terdapat dua pendekatan dalam penilaian yang sifatnya
berlawanan dan ekstern, yakni pendekatan tradisional dan pendekatan MM. Menurut
pendekatan tradisional, kurva ko berbentuk U (U shape) sehingga terdapat
tingkat leverage yang unik yang memerhatikan pajak. Kurva ko memepunyai slope
yang negative atau menurun pada semua penggunaan leverage sehingga struktur
modal yang optimal akan tercapai pada waktu perusahaan membiayai usahanya
dengan 100% utang.
Menurut
pandangan teori manajerialdari koutsoyiannis menyebutkan bahea struktur modal
harus diletakkan pada tingkat yang dapat memaksimumkan keamanan kerja para
manajer, yakni dengan cara membuat penyesuaian D/S secara gradual (sedikit demi
sedikit) untuk mengikuti D/S industry sejenis.
1.
Analisis EPS-EBIT[8]
Melalui
analisis EPS-EBIT akan ditentukan nilai EPS pada berbagai jumlah EBIT. Pada
posisi structur modal tertentu. EBIT akan dapat menghasilkan EPS yang sama.
Posisi demikian disebut cara membagi EAT dengan jumlah lembar saham yang
beredar, yakni:
EPS=
N=
Jumlah lembar saha.
Hubungan
antara EPS dan EBIT ini akan mempunyai slope yang berbeda apabila struktur
modalnya yang berbeda.
Untuk
menyederhanakan pembahasan anggap suatu perusahan yang unleveraged memiliki
saham sebanyak N0 lembar, jika perusahaan memerlukan sejumlah
tambahan dana, maka alternative yang dapat dipilih adalah:
a.
Menarik utang
b.
Melakukan emisi saham baru sebanyak N1 lembar.
Dalam hal ini, perusahaan itu akan memilih struktur modal yang
dapat menghasilkan EPS tertinggi. Masing-masing alternative akan membentuk
hubungan antara EBIT dan EPS sbb:[9]
a.
Jika tambahan dana itu dipenuhi dari emisi saham baru, berarti D=0
sehingga EPS adalah:
EPSS = [
NT = N0+N1,
dan intercept = 0, dan slope positif sebab (1-tc)/NT
pasti positif.
b.
Jika tambahan dana diambil dari penarikan utang baru, berarti
hubungan EBIT-EPS sbb:
EPSD=
N = N0,
dan hubungan garis lurus antara EPS dan EBIT itu mempunyai intercept yang
negative dan slope yang positif sebesar (1-tc)/N0.
2.
Analisis cashflow[10]
Metode ini menyangkut penaksiran terhadap total keuntungan atau
EBIT. Penetapan struktur modal melalui analisis cashflow ini harus
mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi beban tetap (fixed charge)
perusahaan seperti pembayaran bunga, dividen saham preferen, dan angsuran pokok
pinjaman. Untuk itu, perlu adanya
taksiran terhadap penerimaan dan pembayaran kas di masa datang dengan
menggunakan konsep probabilitas pada berbagai scenario sehingga dapat
ditetapkan berapa besarnya beban tetap dan utang yang dapat ditoleransi.
6.
Faktor Penentu Struktur Modal
Penentuan
struktur modal juga perlu mempertimbangkan beberapa hal sbb:[11]
1.
Tujuan perusahaan
2.
Tingkat leverage perusahaan yang sama dalam satu industry
3.
Kemampuan dana intern
4.
Pemusatan pemilikan dan pengendalian suara
5.
Batas kredit
6.
Besarnya perusahaan
7.
Pertumbuhan aktiva perusahaan
8.
Biaya modal sendiri
9.
Biaya utang
10.
Tarif pajak
11.
Perkiraan tingkat inflasi
12.
Kemampuan dana sumber utang
13.
Kebiasaan umum di pasar modal
14.
Struktur aktiva
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Kebijakan pendanaan
adalah merupakan satu kebijakan yang sangat penting bagi perusahaan, karena
menyangkut perolehan sumber dana untuk kegiatan operasi perusahaan. Kebijakan
ini akan berpengaruh terhadap truktur modal dan faktor leverage perusahaan, baik leverage operasi maupun leverage keuangan.
Rentabilitas modal sendiri (return in equity) menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan bagi pemilik modal sendiri
yang ada dalam perusahaan.
Terdapat tiga
teori utama yang menjelaskan tujuan perusahaan memaksimumkan
kemakmuran/kekayaan pemegang saham. Ketiga teori itu berupaya menjelaskan suatu
permasalahan yang menanyakan bagaimana struktur modal yang dapat memaksimumkan
nilai perusahaan. Ketiga teori tersebut dijelaskan sebagai berikut:
- Teori Tradisional atau teori klasik
- Teori Modigliani dan Miller (MM) tanpa pajak
- Teori Modigliani dan Miller (MM) dengan pajak
Konsep Koutsoyiannis menyatakan
bahwa tujuan perusahaan memaksimumkan kemakmuran/kekayaan pemilik sudah tidak
relevan lagi untuk saat ini. Koutsoyiannis mengangkat asumsi yang diajukan oleh
Boumol, Galbraith, Marris dan Williamson yang menyatakan bahwa manajer berusaha
mengejar utility (kegunaan + kepuasan) untuk dirinya sendiri daripada berusaha
memaksimumkan utility pemegang saham.
Secara sepintas
istilah leverage itu digunakan untuk menyebutkan derajat penggunaan utang,
ataupun untuk menyatakan struktur modal dari suatu perusahaan. Sebenarnya,
leverage merupakan bagian atau porsi dari biaya tetap menunjukkan risiko
perusahaan. Sehubungan dengan leverage sebagai indikator, maka leverage akan
terbagi menjadi 2, yaitu:
1.
Operating leverage
2.
Financial leverage
Penentuan struktur modal juga perlu mempertimbangkan beberapa hal antara lain: Tujuan perusahaan, Tingkat
leverage perusahaan yang sama dalam satu industry, Kemampuan
dana intern, Pemusatan pemilikan dan pengendalian suara, Batas
kredit, Besarnya
perusahaan, Pertumbuhan aktiva perusahaan, Stabilitas
earnings, Biaya
modal sendiri, Biaya utang, Tarif pajak, Perkiraan
tingkat inflasi, Kemampuan dana
sumber utang, Kebiasaan umum di pasar modal
Struktur aktiva.
DAFTAR PUSTAKA
Hadi Muttaqin, Keputusan
Pendanaan, http://pustakabakul.blogspot.com/2013/05/keputusan-pendanaan.html, di akses tanggal 12 November 2014 pukul 12.28 WIB.
Moeljadi. 2006.Manajemen Keuangan
1.Malang: Banyumedia Publising
Muslim Kabo,
Modigliani-Miller (MM)
Theory Teori MM Dengan Dan Tanpa Pajak, http://ekonomi.kabo.biz/2010/12/modigliani-miller-mm-theory-teori-mm.html, di akses tanggal 11 November 2014 pukul
14.28 WIB
[1] Hadi Muttaqin, Keputusan
Pendanaan, http://pustakabakul.blogspot.com/2013/05/keputusan-pendanaan.html,
di akses tanggal 12 November 2014 pukul 12.28 WIB.
[2]
Moeljadi, manajemen Keuangan 1, (Malang:Banyumedia Publising, 2006),
hal. 236.
[3] Muslim
Kabo, Modigliani-Miller (MM) Theory Teori MM Dengan Dan
Tanpa Pajak, http://ekonomi.kabo.biz/2010/12/modigliani-miller-mm-theory-teori-mm.html, di akses tanggal 11 November 2014
pukul 14.28 WIB
[4]
Ibid.
[5]
Ibid.
[6]
Moeljadi, Op. Cit., hal. 267.
[7]
Ibid.hal. 267
[8]
Ibid., hal. 269.
[9]
Ibid., hal. 269.
[10]
Ibid., hal. 273.
[11]
Ibid., hal. 274.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar