Minggu, 31 Mei 2015

Keputusan Pendanaan



MAKALAH
KEPUTUSAN PENDANAAN
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Keuangan
Dosen Pengampu:
Alindra Yanuardi, SE., MM.
Disusun Oleh:
1.      Maya Sagita                         (2824133073)
2.      Muhamad Saropi                 (2824133081)
Ekonomi Syari’ah ( III / ES - C )
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
TULUNGAGUNG
JAWA TIMUR
2014

KATA PENGANTAR

              Alhamdulillah segala puji syukur selalu kami haturkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat, taufik, hidayah, serta inayah-Nya kepada kami semua, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas penyusunan makalah Manajemen Keuangan.
              Saya selaku penyusun makalah menyampaikan terima kasih kepada bapak Alindra Yanuardi, SE., MM. selaku dosen mata kuliah Manajemen Keuangan yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam pembuatan makalah ini, serta semua pihak yang telah membantu terwujudnya penyusunan makalah ini.
              Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah tentang Manajemen Keuangan ini dapat memenuhi fungsi dan mewujudkan tujuannya.
Semoga keberhasilan berpihak pada kita semua. Aamiin


                                                                         Tulungagung, 09 November 2014


                                                                                            Penyusun   



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii
BAB I        PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang............................................................................ 1
2.      Rumusan Masalah....................................................................... 2
3.      Tujuan.......................................................................................... 2
BAB II       PEMBAHASAN
1.      Pengertian keputusan pendanaan ............................................... 3
2.      Struktur Modal dan Rentabilitas Modal Sendiri......................... 4
3.      Struktur Modal dan Maksimalisasi Kemakmuran Pemilik.......... 7
4.      Struktur Modal dan Teori Manajerial.......................................... 11
5.      Keputusan Leverage dalam Praktik............................................ 12
6.      Faktor Penentu Stuktur Modal.................................................... 15
BAB III     PENUTUP
                   Kesimpulan ..................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 18

BAB I
PENDAHULUAN

1.    LATAR BELAKANG
              Keputusan adalah suatu reaksi terhadap beberapa solusi alternatif yang dilakukan secara sadar dengan cara menganalisa kemungkinan – kemungkinan dari alternatif tersebut bersama konsekuensinya. Setiap keputusan akan membuat pilihan terakhir, dapat berupa tindakan atau opini. Suatu perusahaan dalam menjalankan usahanya sejalan dengan pengembangan yang dialami, selalu membutuhkan tambahan modal. Pada saat perusahaan didirikan, pemilik bisa menentukan sumber modal apa yang dipakai, apakah semuanya bersumber dari modal saham biasa atau perlu ada hutang jangka panjang. Setiap keputusan yang diambil tentang sumber modal selalu ada dampaknya. Misalnya bila sumber modal saham biasa ada kewajiban membayar dividen dan keputusan-keputusan kebijakan atau pengelolaan dari pemegang saham perlu diperhatikan. Bila sumber modal dari saham preferen ada kewajiban membayar dividen yang harus diprioritaskan demikian pula dalam keadaan perusahaan dilikuidasi maka pemegang saham preferen akan didahulukan pengembalian nilai sahamnya. Jika sumber modal berasal dari hutang jangka panjang ada kewajiban membayar bunga dan pengembalian nilai sahamnya. Jika sumber modal berasal dari hutang jangka panjang ada kewajiban membayar bunga dan pengembalian hutang pada saat jatuh tempo.
              Dengan demikian, ada pertimbangan-pertimbangan tertentu dari perusahaan delam mengatur perpaduan sumber modal mana akan dipakai. Misalnya suatu perusahaan tidak menyukai menajemen perusahaannya dikelola oleh banyak pemilik, karena itu keputusan sumber modal yang dipakai untuk pengembangan berikut adalah dari hutang jangka panjang.


2.    RUMUSAN MASALAH
1.      Apa pengertian keputusan pendanaan ?
2.      Bagaimana struktur modal dan rentabilitas modal sendiri ?
3.      Bagaimana struktur modal dan maksimalisasi kemakmuran pemilik ?
4.      Bagaimana struktur modal dan teori manajerial ?
5.      Bagaimana keputusan leverage dalam praktik ?
6.      Apa saja faktor penentu stuktur modal ?

3.    TUJUAN
1.    Mengetahui penegertian keputusan pendanaan.
2.    Mengetahui bagaimana struktur modal dan rentabilitas modal sendiri
3.    Mengetahui bagaimana struktur modal dan maksimalisasi kemakmuran pemilik
4.    Mengetahui bagaimana struktur modal dan teori manajerial
5.     Mengetahui bagaimana keputusan leverage dalam praktik
6.    Mengetahui apa saja faktor penentu stuktur modal


BAB II
PEMBAHASAN
1.    Pengertian Keputusan Pendanaan
Kebijakan pendanaan adalah merupakan satu kebijakan yang sangat penting bagi perusahaan, karena menyangkut perolehan sumber dana untuk kegiatan operasi perusahaan. Kebijakan ini akan berpengaruh terhadap truktur modal dan faktor leverage perusahaan, baik leverage operasi maupun leverage keuangan.[1]
            Pada waktu menilai usul proyek, pertimbangan mengenai dari mana dana yang akan digunakan untuk membiayai investasi belum masuk dalam pembahasan sama sekali. Oleh karena itu,melalui keputusan pendanaan ini akan dibahas sumber dana yang akan digunakan untuk membiayai suatu investasi yang sudah dianggap layak. Masalah penarikan dana (raising of funds) ini dianggap menarik karena setiap dana yang akan digunakan pasti mempunyai biaya yang disebut sebagai biaya dana (cost of funds). Jika menggunakan dana yang berasal dari utang, jelas dana itu mempunyai biaya, minimal sebesar tingkat bunga, tetapi jika menggunakan modal sndiri (equity capital), maka masih harus mempertimbangkan opportunity cost bagi modal sendiri yang dimaksud.
            Biaya atau dana itu biasanya bervariasi  antara dana yang satu dengan dan yang lainnya, ada yang mahal dan ada pula yang murah. Oleh karena itu, masalah pemilihan jenis dana yang akan digunakan memerlukan pertimbangan yang cukup matang. Artinya, penentuan jenis dana yang akan digunakan mempunyai dampak yang lansung terhadap pencapaian tujuan perusahaan. Memang diakui bahwa masih ada teori yang mengatakan bahwa keputusan pendanaan tidak akan mempengaruhi nilai perusahaan, tetapi suatu teori hanya akan berlaku apabila asumsi-asumsinya dapat dipenuhi.
            Investasi dalam aktiva (real asset) biasanya membutuhkan pendanaan jangka panjang. Terdapat tiga sumber dana yang bersifat jangka panjang, yakni (1) penerbitan saham baru, (2) penerbitan obligasi, dan (3) laba ditahan. Pendanaan yang bersumber pada penerbitan saham dan obligasi baru sering disebut sebagai pendanaan ekstern (external financing), sedangkan yang bersumber pada laba ditahan disebut sebagai pendanaan intern (internal financing). Keputusan pendanaan akan menyangkut penentuan kombinasi yang optimal dari penggunaan berbagai sumber dana yang pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua.[2]
a.      Yang berhubungan dengan pendanaan ekstern karena akan mengarah pada pengambilan keputusan mengenai struktur modal, yakni akn menentukan proporsi antara utang jangka panjang dan modal sendiri. Hal ini akan tampak pada debt to equity ratio perusahaan tersebut.
b.      Yang berhubungan dengan pendanaan intern, aplikasinya adalah menentukan kebijakan dividen yang digambarkan melalui devidend payout ratio.
Keputusan pendanaan akan menyangkut penentuan secara optimal mengenai (a) struktur modal dan (b) kebijakan deviden.
            Penentuan keputusan yang optimal mengenai struktur modal dan kebijakan dividen ini berhubungan dengan upaya pencapaian tujuan perusahaan. Dalam teori keuangan tradisional dinyatakan bahwa tujuan perusahaan adalah memaksimumkan keakmuran/kekayaan para pemegang saham/pemilik. Dengan keputusan pendanaan yang optimal secara teoritis akan dapat mengarah pada peningkatan kemakmuran/kekayaan para pemegang saham.

2.    Struktur Modal dan Rentabilitas Modal Sendiri
            Tidak disebutkan bahwa struktur modal menggambarkan proporsi antara utang jangka panjang dan modal sendiri. Sedangkan rentabilitas modal sendiri (return in equity) menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan bagi pemilik modal sendiri yang ada dalam perusahaan. Artinya, rentabilitas modal sendiri dapat menjadi ukuran efesiensi bagi penggunaan modal sendiri yang dioperasionalkan dalam perusahaan. Semakin besar rentabilitas modal sendiri, berarti semakin besar pula kemampuan perusahaan menghasilkan laba bagi pemilik modal sendirinya.
            Apabila rentabilitas modal sendiri dapat digunakan sebagai ukuran bagi efisiensi penggunaan modal sendiri, maka yang menjadi ukuran bagi efesiensi penggunaan modal secara keseluruhan adalah rentabilitas aktiva. Disebut rentabilitas aktiva karena keseluruhan modal digunakan untuk membeli total aktiva sehingga rentabilitas aktiva (return on assets) disebut juga rentabilitas total aktiva (return on total assets). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa rentabilitas aktiva menunjukkan kemampuan seluruh modal yang ada, baik modal pinjaman maupun modal sendiri, untuk menghasilkan laba. Oleh karena itu, laba yang digunakan untuk menghitung rentabilitas aktiva adalah laba operasi (Operating Income) atau laba sebelum bunga dan pajak (Earning Before Interest and Taxes, EBIT), sedangkan laba yang digunakan untuk menghitung rentabilitas modal sendiri adalah laba bersih (Net Income) atau laba sesudah pajak (Earning After Taxes, EAT).
            Oleh karena rentabilitas aktiva menggambarkan kemampuan seluruh aktiva untuk menghasilkan laba, maka rentabilitas aktiva dapat di hitung dengan cara membagi laba operasi atau laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) dengan total aktiva. Caranya sebagai berikut:
               (10.1)
dimana:
        = rentabilitas aktiva
EBIT   =Earnings Before Interst and Taxes
A         =total aktiva
            Berdasarkan persamaan (10.1) itu, persamaan EBIT dapat di tulis sebagai berikut:
EBIT =  (A)  (10.2)
            Aktiva terdiri atas utang (debt = D) dan modal sendiri (equity = E), berarti A=D+E sehingga persamaan (10.2) dapat dituliskembali sebagai berikut:
EBIT   =  (D + E)
            =  D +  E  (10.3)
            Setelah mengurangi pembayaran bunga (interest expenses) dari EBIT, maka akan diperoleh laba sebelum pajak (Earnings Before Taxes, EBT), dimana jumlah pembayaran bunga (i) dialihkan dengan jumlah utang (D). Artinya, EBT adalah:
EBT    =EBIT – iD
            = D + E – iD
            = E + (  - i)D   (10.4)
            Untuk memperoleh laba setelah pajak, jumlah pajak dikurangkan dari EBT, dimana jumlah pajak itu adalah tarif pajak (t) dikalikan dengan EBT itu sendiri. Artinya, laba setelah pajak (Ernings After Taxes, EAT) adalah
EAT    = EBT – t(EBT)
            = (1 - t)EBT
            = (1 – t)[ E + (  - i)D]   (10.5)
Oleh karena rentabilitas modal sendiri ( ) uitu dihitung dengan cara membagi EAT dengan jumlah modal sendiri E, maka persamaan rentabilitas modal sendiri ( ) adalah:
 (1 – t){[  + (  - i)]D/E} (10.6)
            Misalnya, EBIT yang diperoleh sebesar Rp 200,00 sementara aktiva yang digunakan sebesar Rp 1.000,00 yang dibelanjai dengan modal sndiri Rp 800,00 dan utang Rp 200,00. Tingkat bunga utang 15% per tahun dan tarif pajak 40%. Artinya,  = EBIT/A =  Rp 200,00/ Rp 1.00,00 = 0.2 atau 20%. Untuk menghitung laba setelah pajak dapat digunakan persamaan (10.5) sebagai berikut.
EAT = (1 – 0,4)[0,2(Rp 800,00) + (0,2 – 0,15)Rp 200,00] = Rp 102,00
            Rentabilitas modal sendiri  dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (10.6) sebagai berikut.
= (1 – 0,4)[0,2 + (0,2 – 0,15)(Rp 200,00/Rp 800,00)] = 0,1275 atau 12,75
            Secara klasik, prinsip penarikan dana dihubungkan dengan tujuan memaksimumkan rentabilitas modal sendiri sebagai berikut:
1)     Apabila rentabilitas aktiva lebih besar dari tingkat bunga atau  = i, maka sebaiknya pemenuhan kebutuhan dana diambil dari modal pinjaman, sebab penambahan leverage pada kondisi  > i akan menaikkan rentabilitas modal sendiri. Jika perusahaan memaksa diri untuk memenuhi kebutuhan dananya dari modal sendiri, baik emisi saham baru maupun pemanfaatan laba ditahan, padahal  > i, maka secara teoritis akan menurunkan rentabilitas modal sendiri.
2)     Apabila rentabilitas aktiva lebih kecil dari tingkat bunga atau < i, maka kebutuhan akan dana sebaiknya diambil dari penambahan modal sendiri, baik melalui emisi saham baru maupun pemanfaatan laba ditahan, sebab akan bisa menaikkan rentabilitas modal sendiri. Jika perusahaan memaksa untuk menambah leverage padahal  < i, maka hal itu hanya akan menurunkan rentabilitas modal sendiri.
3)     Apabila rentabilitas aktiva persis besarnya sama dengan tingkat bunga pinjaman, maka penambahan ataupun pengurangan utang tidak akan memengaruhi rentabilitas modal sendiri.
3.    Struktur Modal dan Memaksimalisasi Kemakmuran Pemilik
              Terdapat tiga teori utama yang menjelaskan tujuan perusahaan memaksimumkan kemakmuran/kekayaan pemegang saham. Ketiga teori itu berupaya menjelaskan suatu permasalahan yang menanyakan bagaimana struktur modal yang dapat memaksimumkan nilai perusahaan. Ketiga teori tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1)      Teori Tradisional atau teori klasik yang menyatakan bahwa ada struktur modal optimal yang dapat memaksimumkan nilai pasar perusahaan dengan cara meminimumkan biaya modal rata-rata (average cost of capital). Salah satu versi teori ini seperti yang dikembangkan secara sistematis oleh Ezra Salomon. Salomon mengatakan bahwa struktur modal yang optimal terjadi apabila kelebihan debt/equity ratio diatas average cost of capital, dan dikatakan minimum.
2)      Teori yang dikembangkan oleh Modigliani dan Miller mengasumsikan bahwa pasar modal bersifat sempurna dan tidak ada pajak. dalam teori ini Modigliani dan Miller (MM) menyatakan bahwa nilai perusahaan dan posisi perusahaan dan posisi kemakmuran pemegang saham tidak dipengaruhi oleh struktur modal.
3)      Teori yang juga dikembangkan oleh Modigliani dan Miller, dimana mereka memerhatikan adanya pajak dan penggunaan utang dapat memaksimumkan nilai perusahaan dan posisi kemakmuran pemegang saham.
1.      Penilaian dari David Durand
            Menurut David Durand terdapat dua pendekatan untuk melakukan penilaian terhadap leverage, yakni Net Income Approach dan Net Operating Approach. Berikut ini akan dibahas mengenai kedua pendekatan tersebut.
a.      Net Income Approach
            Menurut pendekatan Net Income (NI), kenaikan leverage tidak akan memengaruhi  dan , dimana baik pemegang saham maupun obligasi tidak mempertimbangkan risiko pendapatan yang berasal dari penambahan utang. Dalam keadaan < , penambahan modal utang dilakukan karena biayanya murah dengan cara mengurangi modal saham karena biayanya mahal (penambahan D/V), dan akan mengarah kepada penurunan over all discount rate, , sehingga nialai pasar perusahaan secara keseluruhan akan bertambah.
b.      Net Operating Income Approach
            Pendekatan Net Operating Income Approach (NOI) berlawanan dengan pendekatan Net Income (NI) karena menurut NOI,  tetap atau tidak berubah, walaupun laverage bertambah. Dalam pendekatan NOI diasumsikan bahwa investor akan meminta premi karena adanya risiko keuangan akibat adanya penambahan laverage sehingga mengakibatkan  akan naik secaraproporsional dengan kenaikan laverage. Artinya, penambahan utang karena biayanya murah dan pengurangan saham karena biayanya mahal tidak akan berpengaruh terhadap , walaupun ada efek yang menguntungkan dalam penambahan utang tetapi akan diimbangi oleh kenaikan .
Nilai total perusahaan tidak berubah walaupun ada tambahan leverage sehingga dalam pendekatan ini dapat dikatakan tidak ada struktur modal yang optimal. Berapa pun penggunaan leverage tidak akan mengubah nilai perusahaan.

2.      Pendekatan Tradisional
            Baik pendekatan Net Income (NI) maupun Net Operating Income (NOI) merupakan contoh pendekatan yang ekstrem. Dengan menggabung kedua pendekatan tersebut dapat disusun suatu pendekatan yang disebut dengan pendekatan tradisional. menuurut pendekatan tradisional, ada struktur modal yang optimal. Artinya, dengan penggunaan leverage tertentu nilai perusahaan dapat menjadi maksimum. Pendekatan tradisional ini dianggap sebagai pandangan yang lebih moderat jika dibandingkan dengan pendekatan ekstrem Net Income dan Net Operating Income.
3.      Pendekatan MM Dengan dan Tanpa Pajak
Teori Modigliani dan Miller (teori MM) adalah teori yang berpandangan bahwa struktur modal tidak relevan atau tidak mempengaruhi nilai perusahaan. MM mengajukan beberapa asumsi untuk membangun teori mereka (Brigham dan Houston, 2001) yaitu:[3]
1)   Tidak terdapat agency cost.
2)   Tidak ada pajak.
3)   Investor dapat berhutang dengan tingkat suku bunga yang sama dengan perusahaan
4)   Investor mempunyai informasi yang sama seperti manajemen mengenai prospek perusahaan di masa depan
5)   Tidak ada biaya kebangkrutan
6)   Earning Before Interest and Taxes (EBIT) tidak dipengaruhi oleh penggunaan dari hutang.
7)   Para investor adalah price-takers.
8)   Jika terjadi kebangkrutan maka aset dapat dijual pada harga pasar (market value).



Teori MM tanpa pajak
            Pada tahun 1958 mereka mengajukan suatu teori yang ilmiah tentang struktur modal perusahaan. Teori mereka menggunakan beberapa asumsi:[4]
1.   Risiko bisnis perusahaan diukur dengan σ EBIT (Standard Deviation Earning Before Interest and Taxes)
2.   Investor memiliki pengharapan yang sama tentang EBIT perusahaan di masa mendatang.
3.   Saham dan obligasi diperjual belikan di suatu pasar modal yang sempurna.
4.   Seluruh aliran kas adalah perpetuitas (sama jumlahnya setiap periode hingga waktu tak terhingga). Dengan kata lain, pertumbuhan perusahaan adalah nol atau EBIT selalu sama.
Teori MM dengan Pajak.
Pada tahun 1963, MM menerbitkan artikel sebagai lanjutan teori MM tahun 1958.Asumsi yang diubah adalah adanya pajak terhadap penghasilan perusahaan. Dengan adanya pajak ini, MM menyimpulkan bahwa penggunaan hutang akan meningkatkan nilai perusahaan karena biaya bunga hutang adalah biaya yang mengurangi pembayaran pajak
Preposisi I: nilai dari perusahaan yang berhutang sama dengan nilai dari perusahaan yang tidak berhutang ditambah dengan penghematan pajak karena bunga hutang. Implikasi dari preposisi I ini adalah pembiayaan dengan hutang sangat menguntungkan dan MM menyatakan bahwa struktur modal optimal perusahaan adalah seratus persen hutang.
Preposisi II: biaya modal saham akan meningkat dengan semakin meningkatnya hutang, tetapi penghematan pajak akan lebih besar dibandingkan dengan penurunan nilai karena kenaikan biaya modal saham. Implikasi dari preposisi II ini adalah penggunaan hutang yang semakin banyak akan meningkatkan biaya modal saham. Menggunakan hutang yang lebih banyak, berarti menggunakan modal yang lebih murah (biaya modal hutang lebih kecil dibandingkan dengan biaya modal saham), sehingga akan menurunkan biaya modal rata-rata tertimbangnya (meski biaya modal saham meningkat).
Teori MM tersebut sangat kontroversial. Implikasi teori tersebut adalah perusahaan sebaiknya menggunakan hutang sebanyak-banyaknya. Dalam praktiknya, tidak ada perusahaan yang mempunyai hutang sebesar itu, karena semakin tinggi tingkat hutang suatu perusahaan, akan semakin tinggi juga kemungkinan kebangkrutannya. Inilah yang melatarbelakangi teori MM mengatakan agar perusahaan menggunakan hutang sebanyak-banyaknya, karena MM mengabaikan biaya kebangkrutan.[5]
4.    Struktur Modal dan Teori Manajerial
          Konsep Koutsoyiannis menyatakan bahwa tujuan perusahaan memaksimumkan kemakmuran/kekayaan pemilik sudah tidak relevan lagi untuk saat ini. Koutsoyiannis mengangkat asumsi yang diajukan oleh Boumol, Galbraith, Marris dan Williamson yang menyatakan bahwa manajer berusaha mengejar utility (kegunaan + kepuasan) untuk dirinya sendiri daripada berusaha memaksimumkan utility pemegang saham. Dalam model Marris-Galbraith diasumsikan bahwa dalam suatu fungsi manajer terdapat dua variable, yakni keamanan kerja  (job security) manajemen secara keseluruhan dan tingkat pertumbuhan perusahaan. Rumusan mereka sbb:
a.    Keputusan mengenai struktur modal itu harus dapat menjamin keamanan kerja manajer.
b.    Manajer akan merasa pekerjaannya terjamin pabila rasio D/S dalam jangka panjang tidak menyimpang dari rasio D/S industry sejenis.
c.    Penggunaan utang dipengaruhi oleh preferensi manajer mengenai pendanaan intern yang digambarkan melalui pertumbuhan pendapatan (growth of earnings) dan kebijakan deviden. Jika manajer mementingkan growth dan dana intern tidak cukup untuk menutup kebutuhan bagi pencapaian rate of growth seperti yang telah lalu maka manajer berusaha mencari sumber dana ekstern.
d.   Dalam pencarian dana utang, manajer memerhatikan sifat dan sikap para kreditor, sebab kreditor akan memerhatikan sifat dan sikap para kreditor, sebab kreditor akan memerhatikan dept-capacity perusahan, besar aktiva, pertumbuhan potensial untuk waktu yang akan datang, variabilitas pendapatan dan lain-lain.
Atas dasar  uraian tersebut, struktur modal akan ditentukan oleh:[6]
1.    Struktur modal yang lau
2.    Nilai D/S industry sejenis
3.    Besarnya aktiva
4.    Pertumbuhan aktiva perusahaan
5.    Stabilitas earnings
6.    Tingkat inflasi yang diharapkan
7.    Divided-payout ratio
8.    Tingkat pertumbuhan perusahaan
9.    Biaya emisi saham baru
10.  Biaya utang
11.  Tarif  pajak perusahaan
12.  Penyebaran pemilikan perusahaan.
5.    Keputusan Leverage dalam Praktik
Secara sepintas istilah leverage itu digunakan untuk menyebutkan derajat penggunaan utang, ataupun untuk menyatakan struktur modal dari suatu perusahaan. Sebenarnya, leverage merupakan bagian atau porsi dari biaya tetap menunjukkan risiko perusahaan. Sehubungan dengan leverage sebagai indikator, maka leverage akan terbagi menjadi 2: [7]
1.      Operating leverage
             Operating leverage merupakan ukuran bagi risiko operasi (operating risk atau bisiness risk) yang dpat diketahui dari biaya tetap untuk kegiatan operasi (fixed operating cost) dan dapat dilihat melalui laporan rugi laba.

2.      Financial leverage
             Merupakan ukuran bagi risiko keuangan dan dapat diketahui dari biaya tetap dari dana utang (fixed financial charges) yang digunakan. Financial leverage tinggi akan menyebabkan financial risk juga tinggi sehingga biaya modal juga tinggi.
Istilah leverage muncul karena adanya biaya tetap dalam operasi, dan adanya beban bunga tetap dari utang. Jadi, istilah leverage dalm bagian ini digunakan untuk menggambarkan pengaruh perubahan struktur modal terhadap nilai perusahaan, yang artinya lebih ditujukan pada pembahasan mengenai financial leverage. Dalam teori, struktur modal akn ditetapkan pada tingkat yang konsisten dengan upaya pencapaian tujuan perusahaan.
Dalam konteks memaksimumkan kemakmuran/kekayaan pemegang saham, berarti rasio D/S yang dipilih adalah yang dapat memaksimumkan nilai perubahan V yang pendefinisi diketahui bahwa:
V =
Artinya, nilai perusahaan V akan memaksimumkan apabila ko minimum atau keadaan terendah. Dalam konteks memaksimumkan kekayaan pemegang saham terdapat dua pendekatan dalam penilaian yang sifatnya berlawanan dan ekstern, yakni pendekatan tradisional dan pendekatan MM. Menurut pendekatan tradisional, kurva ko berbentuk U (U shape) sehingga terdapat tingkat leverage yang unik yang memerhatikan pajak. Kurva ko memepunyai slope yang negative atau menurun pada semua penggunaan leverage sehingga struktur modal yang optimal akan tercapai pada waktu perusahaan membiayai usahanya dengan 100% utang.
Menurut pandangan teori manajerialdari koutsoyiannis menyebutkan bahea struktur modal harus diletakkan pada tingkat yang dapat memaksimumkan keamanan kerja para manajer, yakni dengan cara membuat penyesuaian D/S secara gradual (sedikit demi sedikit) untuk mengikuti D/S industry sejenis.

1. Analisis EPS-EBIT[8]
Melalui analisis EPS-EBIT akan ditentukan nilai EPS pada berbagai jumlah EBIT. Pada posisi structur modal tertentu. EBIT akan dapat menghasilkan EPS yang sama. Posisi demikian disebut cara membagi EAT dengan jumlah lembar saham yang beredar, yakni:
EPS=  
N= Jumlah lembar saha.
Hubungan antara EPS dan EBIT ini akan mempunyai slope yang berbeda apabila struktur modalnya yang berbeda.
Untuk menyederhanakan pembahasan anggap suatu perusahan yang unleveraged memiliki saham sebanyak N0 lembar, jika perusahaan memerlukan sejumlah tambahan dana, maka alternative yang dapat dipilih adalah:
a.       Menarik utang
b.      Melakukan emisi saham baru sebanyak N1 lembar.
          Dalam hal ini, perusahaan itu akan memilih struktur modal yang dapat menghasilkan EPS tertinggi. Masing-masing alternative akan membentuk hubungan antara EBIT dan EPS sbb:[9]
a.       Jika tambahan dana itu dipenuhi dari emisi saham baru, berarti D=0 sehingga EPS adalah:
EPSS = [
NT   = N0+N1, dan intercept = 0, dan slope positif sebab (1-tc)/NT pasti positif.
b.      Jika tambahan dana diambil dari penarikan utang baru, berarti hubungan EBIT-EPS  sbb:
EPSD=
N = N0, dan hubungan garis lurus antara EPS dan EBIT itu mempunyai intercept yang negative dan slope yang positif sebesar (1-tc)/N0.
2. Analisis cashflow[10]
          Metode ini menyangkut penaksiran terhadap total keuntungan atau EBIT. Penetapan struktur modal melalui analisis cashflow ini harus mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi beban tetap (fixed charge) perusahaan seperti pembayaran bunga, dividen saham preferen, dan angsuran pokok pinjaman. Untuk  itu, perlu adanya taksiran terhadap penerimaan dan pembayaran kas di masa datang dengan menggunakan konsep probabilitas pada berbagai scenario sehingga dapat ditetapkan berapa besarnya beban tetap dan utang yang dapat ditoleransi.

6.    Faktor Penentu Struktur Modal
Penentuan struktur modal juga perlu mempertimbangkan beberapa hal sbb:[11]
1.      Tujuan perusahaan
2.      Tingkat leverage perusahaan yang sama dalam satu industry
3.      Kemampuan dana intern
4.      Pemusatan pemilikan dan pengendalian suara
5.      Batas kredit
6.      Besarnya perusahaan
7.      Pertumbuhan aktiva perusahaan
8.      Biaya modal sendiri
9.      Biaya utang
10.  Tarif pajak
11.  Perkiraan tingkat inflasi
12.  Kemampuan dana sumber utang
13.  Kebiasaan umum di pasar modal
14.  Struktur aktiva
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
              Kebijakan pendanaan adalah merupakan satu kebijakan yang sangat penting bagi perusahaan, karena menyangkut perolehan sumber dana untuk kegiatan operasi perusahaan. Kebijakan ini akan berpengaruh terhadap truktur modal dan faktor leverage perusahaan, baik leverage operasi maupun leverage keuangan.
              Rentabilitas modal sendiri (return in equity) menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan bagi pemilik modal sendiri yang ada dalam perusahaan.
              Terdapat tiga teori utama yang menjelaskan tujuan perusahaan memaksimumkan kemakmuran/kekayaan pemegang saham. Ketiga teori itu berupaya menjelaskan suatu permasalahan yang menanyakan bagaimana struktur modal yang dapat memaksimumkan nilai perusahaan. Ketiga teori tersebut dijelaskan sebagai berikut:
  1. Teori Tradisional atau teori klasik
  2. Teori Modigliani dan Miller (MM) tanpa pajak
  3. Teori Modigliani dan Miller (MM) dengan pajak
              Konsep Koutsoyiannis menyatakan bahwa tujuan perusahaan memaksimumkan kemakmuran/kekayaan pemilik sudah tidak relevan lagi untuk saat ini. Koutsoyiannis mengangkat asumsi yang diajukan oleh Boumol, Galbraith, Marris dan Williamson yang menyatakan bahwa manajer berusaha mengejar utility (kegunaan + kepuasan) untuk dirinya sendiri daripada berusaha memaksimumkan utility pemegang saham.
              Secara sepintas istilah leverage itu digunakan untuk menyebutkan derajat penggunaan utang, ataupun untuk menyatakan struktur modal dari suatu perusahaan. Sebenarnya, leverage merupakan bagian atau porsi dari biaya tetap menunjukkan risiko perusahaan. Sehubungan dengan leverage sebagai indikator, maka leverage akan terbagi menjadi 2, yaitu:
1. Operating leverage
2. Financial leverage
              Penentuan struktur modal juga perlu mempertimbangkan beberapa hal antara lain: Tujuan perusahaan, Tingkat leverage perusahaan yang sama dalam satu industry, Kemampuan dana intern, Pemusatan pemilikan dan pengendalian suara, Batas kredit, Besarnya perusahaan, Pertumbuhan aktiva perusahaan, Stabilitas earnings, Biaya modal sendiri, Biaya utang, Tarif pajak, Perkiraan tingkat inflasi, Kemampuan dana sumber utang, Kebiasaan umum di pasar modal
Struktur aktiva.


DAFTAR PUSTAKA
Hadi Muttaqin, Keputusan Pendanaan, http://pustakabakul.blogspot.com/2013/05/keputusan-pendanaan.html, di akses tanggal 12 November 2014 pukul 12.28 WIB.
Moeljadi. 2006.Manajemen Keuangan 1.Malang: Banyumedia Publising
Muslim Kabo, Modigliani-Miller (MM) Theory Teori MM Dengan Dan Tanpa Pajak, http://ekonomi.kabo.biz/2010/12/modigliani-miller-mm-theory-teori-mm.html, di akses tanggal 11 November 2014 pukul 14.28 WIB




[1]  Hadi Muttaqin, Keputusan Pendanaan, http://pustakabakul.blogspot.com/2013/05/keputusan-pendanaan.html, di akses tanggal 12 November 2014 pukul 12.28 WIB.
[2] Moeljadi, manajemen Keuangan 1, (Malang:Banyumedia Publising, 2006), hal. 236.
[3] Muslim Kabo, Modigliani-Miller (MM) Theory Teori MM Dengan Dan Tanpa Pajak, http://ekonomi.kabo.biz/2010/12/modigliani-miller-mm-theory-teori-mm.html, di akses tanggal 11 November 2014 pukul 14.28 WIB
[4] Ibid.
[5] Ibid.
[6] Moeljadi, Op. Cit., hal. 267.
[7] Ibid.hal. 267
[8] Ibid., hal. 269.
[9] Ibid., hal. 269.
[10] Ibid., hal. 273.
[11] Ibid., hal. 274.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar